Teori belajar mengajar matematika
Posted on 08/12/10
TEORI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interkasinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar, apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Hasil belajar dapat dilihat, diukur, atau dirasakan oleh seseorang yang belajar atau orang lain. Tetapi tidak demikian halnya dengan proses belajar. Terjadinya proses belajar pada diri siswa sebagai upaya untuk memperoleh hasil belajar sesungguhnya sulit untuk diamati karena ia berlangsung di dalam mental. Meskipun demikian, terjadinya proses belajar dapat diidentifikasi dari interaksi yang dilakukan oleh siswa dengan lingkungannya selama belajar. Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan teori belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, teori belajar itu menyatakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum yang melukiskan kondisi terjadinya belajar. Di dalam teori belajar terkandung dua hal yakni: (a) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada peserta didik (secara psikologis/intelektual) dan (b) uraian tentang kemampuan intelektual peserta didik mengenai hal-hal yang dapat dipikirkan pada usia tertentu. Sedangkan teori mengajar menyatakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum tentang bagaimana semestinya mengajar peserta didik. Jadi pada teori mengajar terdiri dari dua hal pokok yakni prosedur dan tujuan mengajar.
Meskipun secara prinsip terdapat perbedaan sudut pandang antara teori belajar dan teori mengajar, namun pada pelaksanaannya kedua teori tersebut tidak dapat dipisahkan, keduanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi mata uang logam. Hal ini bermakna bahwa, setiap peristiwa mengajar selalu terjadi peristiwa belajar (bagaimanapun kadar intensitasnya), walaupun belum tentu terjadi sebaliknya, sebab belajar dapat dilakukan secara sendiri (self learner). Dengan mengetahui berbagai teori belajar-mengajar, guru dapat mengetahui kemampuan berpikir yang telah dimiliki dan memahami proses terjadinya belajar pada peserta didik.
Dengan demikian guru mengetahui bagaimana menciptakan kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran. Disamping itu guru akan mengerti bagaimana seharusnya memberikan stimulasi sehingga peserta didik suka belajar, dan guru juga dapat memprediksi secara tepat dan beralasan tentang keberhasilan belajar peserta didiknya.