Adsense

Diberdayakan oleh Blogger.
Our Blog

Teori belajar kognitif

Posted on 08/12/10

TEORI BELAJAR PERKEMBANGAN KOGNITIF
Teori Kognitif Dari Piaget
a.       Konsepkonsep dasar teori Piaget
1.      Adanya perubahan kualitatif yang diakibatkan oleh factor biologis, penyesuaian dengan liungkungan hidup, adanya system yang mengatur dari dalam yang tetap sepanjang perkembangan, merupakan pendekatan biologis.
2.      Tinjaunannya tentang perkembangan mental (kognitif) dari bayi sampai dewasa, melalui interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya. Ditekankan oleh Piaget bahwa perkembangan kognitif bukan hanya dari kematangan organisme, dan bukan hanya selalu pengaruh lingkungan, tetapi interaksi anak dengan lingkungan sangat menentukan tahapan perkembangan kognitifnya. Pencapaian tahapan itu urut, tidak bervariasi, namun tidak sama waktunya bagi setiap anak.
3.      Teori Piaget disebut teori kognitif karena pembahasannya mengenai masalah kognisi. Pengertiannya kognisi tidak hanya meliputi kemampuan berpikir saja, melainkan termasuk aspek-aspek: persespsi, ingatan, berfikir, symbol, penalaran dan pemecahan masalah (Singgih D. Gunarsa, 1981).
4.      Sebagai teori piaget yang lain, perbedaan kognitif bukanlah kuantitatif tetapi kualitatif. Hal ini dikemukakan oleh Piaget bahwa pada umur tertentu anak mempunyai kesulitan yang lebih besar dalam mengerti dan menangkap hal yang bersifat sederhana.


b.      Teori Piaget tentang perkembangan kognitif
Setiap orientasi Piaget sangat berkenaan dengan hakekat intelegensi, struktur dan fungsinya. Tujuan pokok dari penyelidikan Piaget adalah untuk menentukan apakah yang merupakan intelegensi itu. Berikut merupakan beberapa definisi Piaget tentang pengertian intelegensi:
-        Intelegensi adalah adaptasi biologis yang istimewa.
-        Intelegensi adalah Bentuk dari ekuilibrium yang diarahkan kepada adaptasi yangberturut turut dan pertukaran antara organisme dan lingkungannya.
-        Intelegensi melibatkan kemampuan intelektualitas (Ginsburg & Opper, 1979).

Jadi Piaget merumuskan intelegensi sebagai adaptasi biologis, ekuilibrium, antara individu dan lingkungannya, dan seperangkat kegiatan mental yang memungkinkan keseimbangannya.Definisi piaget ini kurang memberi arti tentang pengaruh perasaan (emosi), mesikup dia juga mengakui tidak ada perbuatan yang tidak terlepas dari perasaan (emosional) seperti halnya aspek dorongan (motivasi). Pada pokoknya Piaget mengabaikan peranan emosi dalam struktur intelek. Disini pengaruh biologis nampak dengan digunakannya istilah : npertumbuhan, slage, adaptasi, ekuilibrium, pada teori Piaget tentang intelegensi (Ginsburg & Opper, 1979).
Menurut Piaget intelegensi adalah atribut untuk semua jenis kehidupan. Intelegensi mempunyai ciri : struktur & adaptasi. Oleh karena itu jenis problem yang di pecahkan oleh individu tergantung kepada struktur intelektualnya. Menurut dia, perkembangan intelektual terdiri dari perubahan yang bersifat progresif dan berurutan dalam struktur intelegensi yang dipengaruhi oleh heriditas dalam 3 cara:
1.      Struktur fisik yang diturunkan
2.      Reaksi tingkah laku diturunkan
3.      Kemasukan struktur fisik

Piaget mendasarkan teori kognitifnya pada 2 hal yang pokok :
1.      Fungsi
2.      Struktur (Philips Jr, 1969)
Fungsi adalah bersifat tinggal tetap, sedang struktur bersifat berkembang secara sistematis. Piaget juga mengemukakan istilah content, yang dimaksud adalah stimuli dan respon yang dapat diamati. Tetapi menurut Philips Jr(1969) content itu dapat diartikan fungsi dan struktur dalam arti abstrak.
Struktur menunjukan sifat yang sistematis terhadap suatu kejadian, baik internal maupun eksternalnya. Tiap-tiap kejadiannya berhubungan dengan kejadian yang lain yang disebut oleh Piaget sebagai struktur (schemata). Sedang fungsi terdiri dari organisasi dan adaptasi, setiap perbuatan selalu diorganisasi dan aspek dinamis dari organisasi itu adalah adaptasi.
Bagan struktur dan fungsi :

Keterangan
Schema
adalah pola-pola yang teratur yang diperoleh dari lahir, yang melatar belakangi tingkah laku yang diperlihatkan. Ketika lahir anak mempunyai banyak skema dan skema-skema ini berlangsung menjadi lebih kompleks dan lebih tingi tingkatannya (Singgih D. Gunarsa, 1982).
Sebagai contoh adalah reflek-reflek dan tingkah laku lain yang dibawa sejak lahir; tetapi ada juga skema yang diperoleh karena pengalaman (Ginsburg & opper,1979).
Karena ini merupakan unit dasar dalam kognisi, bicara dan tingkah laku sehingga dari ini terdapat skema kognitif, skema verbal, dan skema tingkah laku (Good, 1977).
Kecenderungan mengatur tingkah laku dan berfikir serta mendapatkan merupakan hasil struktur psikologis yang berbeda-beda pada umur yang berbeda pula, misal pada anak mengemut ibu jari dan akhirnya mejadi sebuah kebiasaan.

Adaptasi
Semua organisme akan berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dengan cara yang berbeda-beda setiap individu.
Karena berhubungan dengan perjuangan hidup maka dalam adaptasi diperlukan fungsi-fungsi kognitif agardapat berlangsung dengan baik (Singgih D. Gunarsa, 1982). Karena itu adaptasi sebagai bagian diri.
Adanya pengalaman-pengalaman adaptasi menyebabkan perkembangan dari skema-skema baru terutama melalui eksplorasi trial and eror, namun kebih banyak melalui eksperimentasi yang sistematik (Good, 1977).
Adaptasi terdiri dari 2 proses yaitu assimilasi dan akomodasi:
-        Assimilasi
Terjadi bilamana suatu organisme menggunakan sesuatu dari lingkungan dan menggabungkannya. Misalnya manusia memakan suatu makanan, getah perut merubah makanan itu  menjadi bentuk yang dapat diserap tubuh. Merupakan pemrosesan dimana stimulus tertentu dipecahkan secara otomatis, dengan menggunakan skema yang telah disusun.
-        Akomodasi
Adalah terjadinya perubahan pada subjeknya agar dapat menyesuaikan terhadap obyek yang ada diluar dirinya. Misalnya dalam hal makanan untuk melunakkan nya maka otot perut berkontraksi dengan beberapa cara.

Menurut  Piaget, adaptasi intelektual juga merupakan interaksi antara orang dengan lingkungannya, termasuk proses asimilasi dan akomodasi. Hubungan antara asimilasi dan akomodasi terjadi secara bersama-sama dan saling mengisi, satu sisi mengasimilasi kenyataan dari luar ke dalam struktur psikologisnya, sedang sisi lain mengubah struktur psikologisnya tersebut untuk menghadapi tekanan dari luar.

Prinsip Equilibrium
Berasal dari istilah dalam fisika yang menunjukan keseimbangan, keharmonisan dalam penyesuaian antara dua faktor (lebih), misalnya antara individu dengan lingkungannya  (Ginsburg & Opper, 1979)
Proses dimana struktur berubah dari keadaan satu ke keadaan lain disebut ekuilibrasi, dan mencoba untuk mengadakan pengaturan, penstabilan, dan pengertian terhadap pengalaman. Ini berarti bahwa manusia merasakan disekuilibrium seperti:ada keingin tahu,keinginan pemecahan masalah, menyebabkan manusia mengusahakan tingkahlaku yang ke adaptasi (Good, 1977).
Menurut Piaget, organisme cenderung kea rah ekuilibrium dengan lingkungan. Organisme menganut struktur menjadi pola yang stabil dan logis, efektif dalam interaksi dengan reaksi.
Cara-cara menghadapi dunia cenderung kea rah keseimbangan tertentu, dengan menggunakan pengalaman-pengalaman yang lalu dan memodifikasi pola-pola tingkah laku sekarang untuk memenuhi permintaan-permintaan situasi baru (Ginsburg & Opper,1979).

Teori belajar mengajar matematika

Posted on

TEORI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagaisuatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interkasinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengan demikian, seseorang dikatakan belajar, apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat, sikapnya semakin positif dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Hasil belajar dapat dilihat, diukur, atau dirasakan oleh seseorang yang belajar atau orang lain. Tetapi tidak demikian halnya dengan proses belajar. Terjadinya proses belajar pada diri siswa sebagai upaya untuk memperoleh hasil belajar sesungguhnya sulit untuk diamati karena ia berlangsung di dalam mental. Meskipun demikian, terjadinya proses belajar dapat diidentifikasi dari interaksi yang dilakukan oleh siswa dengan lingkungannya selama belajar. Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan teori belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, teori belajar itu menyatakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum yang melukiskan kondisi terjadinya belajar. Di dalam teori belajar terkandung dua hal yakni: (a) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada peserta didik (secara psikologis/intelektual) dan (b) uraian tentang kemampuan intelektual peserta didik mengenai hal-hal yang dapat dipikirkan pada usia tertentu. Sedangkan teori mengajar menyatakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum tentang bagaimana semestinya mengajar peserta didik. Jadi pada teori mengajar terdiri dari dua hal pokok yakni prosedur dan tujuan mengajar.
Meskipun secara prinsip terdapat perbedaan sudut pandang antara teori belajar dan teori mengajar, namun pada pelaksanaannya kedua teori tersebut tidak dapat dipisahkan, keduanya dapat diumpamakan sebagai dua sisi mata uang logam. Hal ini bermakna bahwa, setiap peristiwa mengajar selalu terjadi peristiwa belajar (bagaimanapun kadar intensitasnya), walaupun belum tentu terjadi sebaliknya, sebab belajar dapat dilakukan secara sendiri (self learner). Dengan mengetahui berbagai teori belajar-mengajar, guru dapat mengetahui kemampuan berpikir yang telah dimiliki dan memahami proses terjadinya belajar pada peserta didik.
Dengan demikian guru mengetahui bagaimana menciptakan kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran. Disamping itu guru akan mengerti bagaimana seharusnya memberikan stimulasi sehingga peserta didik suka belajar, dan guru juga dapat memprediksi secara tepat dan beralasan tentang keberhasilan belajar peserta didiknya.

Castle Band

Posted on

Ini lagu kiriman dari Agus yang ingin lagunya di promosii. Oke bagi pembaca blog silahkan di denger lagu nya ya
1. Akustik Version Bukan Mainanmua Clik here
2. Band Version Semoga Kau Bahagia Clik Here

Amazon